Rabu, 04 November 2009

akhiri dengan Indah

ini pagi
embun menjadi tatapan mata yang pertama bicara pada bumi
meresapi rinai kalbu pada jejak - jejak kenangan
Cakrawala hati kian terpagar rindu
sedemikian ruah melimpah
mata menganak sungai
sedangkan janji - janji bisu telah kita telantarkan

Mengapa mesti diakhiri dengan sesal
Apabila hati memang sudah diikhlaskan
Rinduku adalah rindu seorang wanita
Yang akan bertahun menyemai ladang tak pernah pulang
Menapak huma sawah dibelakang rumah
Rinduku adalah rindu seorang petualang
Yang menyibak jiwa dengan kepedihan tawa
mencengkram duka ditiap tetesan peluh kelelahan
itu pun bila Tuhan masih berada diatas sana

kita seumpama duri
sampai luka memamah daging darah terhisap
atau mungkin suara tak lagi berteriak parau kesakitan

ini pagi
kita jelajahi kata - kata luka pada jiwa
jiwa luka terhempas setelah kegersangan berani hilang musnah
serpihan rayuan membeku, album kenangan mendadak layu
gudang debu tempat pelarian setelah tak sempat terdaur ulang
harga diri sejengkal - jengkal emosi

Senandung muara memekik meresapi sayatan senja
Menari kan resah - resah yang tak jua kunjung ternyalakan
Meleleh lah ketakutan diterjang kegamangan
Sementara prasasti mati kini tertancapkan
Di padang rumput kita sebut harapan
Seruling kepagian dari gembala menyeringai pada gemericik air
Kau kah yang berdiri disana menunggu ku itu ?

Mentari kian meninggi istirahat lah walau sejenak

mencoba menarik nafas sejenak
menikmati luka yang ku rasakan
menyerapi kepedihan yang ku rasakan
mereguk setetes embun pagi
sebelum dihisap sinar mentari yg kian tinggi



bersama nurhidayati